Q&A Answers: Part 1

Language: Bahasa Indonesia and English




Given the number of questions I have been receiving this past two weeks or so, I've decided to break down my answers into multiple parts (cause really, I would've never have been able to finish it in one go). So if you don't find your answers yet, don't worry! They'll be in the future posts.


MIT


1.       Kak, cara daftar ke MIT gimana? Tahapannya apa saja?

See Part 2 & Part 3 of my “AMA MIT 2016”

*Note: This is an example of a bad question, that I was referring to in my previous post.

2.      Di MIT orang orangnya kayak gimana?

You have to be specific here. Di MIT orangnya bermacam-macam. Yang nerd, ada. Yang jock, juga ada. Yang pinter musik, ada (malah banyak). Yang pinter gambar juga ada. MIT tuh gudang bakat-bakat se-penjuru Amerika, with of course an emphasis on academics. Selain pinter, anak-anak MIT tuh harus punya talenta/hobi yang unik (due to our holistic admission process), which makes every class house of a diverse set of individuals. I think I mentioned this before in my previous post, MIT undergrads jujur bukanlah anak-anak “terpintar” se-dunia, but we believe that given the personalities and skill sets of our student bodies, we can help each other grow, and one day lead and create a better world.

On a personal level though, all MIT students that I interacted with itu orangnya pada passionate. Passionate banget dalam bidang/hobi mereka masing-masing. Contoh nih di bidang science (because ofc we’re the school of engineers). Jujur, dulu aku pas SMA tiap kali mau ngomong scientific breakthrough dengan teman sekolah pas ditanggap dengan acuh tak acuh. Banyak sekali anak Indo yang ga peduli dengan sains, and honestly we can’t blame them karena memang sistem pendidikan kita yang cenderung bersifat ‘hafalan’ (ga tahu deh sekarang masih kayak gitu atau tidak). Oleh sebab itu, the only time I’ve ever talked science with my friends back in high school was during Pelatnas. Here at MIT, everyone enjoys talking about their field of science. Aku banyak temen yang Teknik Mesin suka ngomong ttg cara bikin robot lah, atau tentang fluid mechanics (or some other random shit that I just couldn’t understand). Ato temen yang belajar Kimia yang suka bicara tentang “her favorite molecular compounds.” Dari situlah, aku jadi belajar banyak hal sains yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan aku. Emang sounds geeky sih, tapi seneng aja aku ketika dikelilingi orang yang berbagi minat yang sama dengan aku.

Selain itu, karena di MIT orangny itu “diverse” and very open-minded, enak sih jika diajak bicara dan sharing pengalaman. Contoh lagi nih, dulu aku pas SMA kebanyakan temen-temen aku itu keturunan Tionghoa. So obviously, di sekolah jika ngomong tentang tradisi, pasti jatuhnya ya ngomong tentang kebudayaan atau hari raya orang Tionghoa (imlek contohnya). Untungnya sih, aku dulu sering ikut Olim, jadi sering ke-ekspos sama budaya-budaya lain di Indonesia; membuka wawasan dan sudut pandang. The same thing happened to me at MIT. Here, every individual carries their own unique stories and not afraid to speak up and take action when needs to. Disini aku jadi belajar apa sih kesusahan “first generation immigrants” atau “minorities” di US, atau mengapa orang memilih Trump (yes, some students here actually voted for the guy). Kalo aku masih di Indo, I will only ever hear one side of the story (anti-Trump), tapi begitu di sini, you can actually listen to the different opinions. Memang, aku pada akhirnya juga masih ga setuju di pirang jadi presiden, tapi setidaknya aku bisa (sedikit lebih) mengerti mengapa akhirnya dia yang jadi presiden.  

3.      Kalo gak lolos OSP apa mungkin bisa masuk MIT?

Ya pasti bisa dong. Si Kak Noor Titan Putri Hartono (MIT Class of 2016, sorry kak Titan namanya disebut-sebut) dulu jg ga lulus OSP Jawa Barat kok pas SMA, tapi bisa tuh masuk MIT lulus dengan IP ~4.9 (out of 5). Point is, bukan masalah kamu menang Olim ato gak (karena itu juga banyak tergantung hoki), tapi apakah kamu bisa membuktikan bahwa kamu menjadi salah satu bagian dari MIT. Dan itu dilihat dari esai kamu serta prestasi/kontribusi-kontribusi yang telah kamu berikan kepada keluarga, sekolah atau lingkungan hidupmu (dan tentunya, harus juga diselingi dengan nilai akademik yang bagus, because at the end of the day, we’re the school of engineers. You have to be ‘smart’ to actually survive 4 years of MIT, ingat keterima MIT =/= lulus dari MIT)
 
4.      Ada beasiswa ke MIT gak?

See part 3 of my “AMA MIT 2016”

5.      Kak pernah mengalami kesusahan materi gak di MIT, bingung gitu, itu bagaimana kk menyingkapinya?

Jujur, aku belum pernah kesusahan (dalam artian, saking susahnya materinya mw belajar segimanapun ga bisa masuk otak) mempelajari materi selama di MIT. Mungkin kewalahan (overwhelmed), tapi tidak pernah kesusahan. It’s true, however, that MIT is not easy shit. The materials (compared to what I’ve experienced in Indo) are definitely much harder, in terms of complexity and depth. Tapi, ya asal kamu rajin, tekun dan konsisten, menurut aku tidak susah mempelajari hal-hal tersebut. Menurut aku, mengapa banyak anak MIT itu sering bilang kelasnya susah itu bukan karena materinya yang ‘bener-bener susah’, tapi melainkan karena factor eksternal: Ada yang terlalu menyepelekan materi, jadi malas datang ke kelas dan kerjain tugas. Ada yang terlalu sibuk mengurusi kegiatan ekstrakurikuler. Ada juga yang terbebani urusan pribadi (misal ada masalah keluarga, dsb). Tapi, sebenarnya asal kamu sering datang ke kelas, dan mengerjakan semua problem set yang diberikan, sepertinya kamu hampir 100% bakal bisa ngerjain ujian deh. Again, I feel most classes at MIT are graded fairly (with some exception) meaning the classes are not entirely curved (bagi kamu yang suka statistik pasti ngerti). Cutoffs are made after some deliberate consideration (misal partisipasi di kelas, rajin ngumpulin tugas atau gak), and often times they are very reasonably placed. So really, I got nothing to complain about that, and as long as I do my part, I’ll be fine. 

6.      Kak nama test tulis MIT itu apa ya? Boleh minta link soal" dahulu kalo boleh, nah trus syarat lulusnya itu seperti apa? Misal passing grade dll.

See part 2 of my “MIT AMA 2016.” Untuk link soal, bisa di-google sendiri. Gampang kok carinya, asal uda tahu nama ujiannya.

7.       Kak, belajar bkin esai yg bgs tuh dr mana ya.. Ada rekomendasi tmpt les ato website bwt bljr?

Hehe gimana coba. Masa ada les buat nulis esai.

Menurut aku, cara paling gampang untuk belajar bikin esai (ini dalam konteks isi nya ya, bukan bahasanya. Klo mw bagus Bahasa Inggris, ya harus latihan atau kursus Bahasa Inggris) adalah dengan membaca novel, koran, atau karya sastra lainnya. Aku sendiri sih merasa masih cupu dalam menulis esai (and I blame it at my childhood for not reading that many novel). Terkadang masih susah untuk brainstorming sebuah ide, dan kalau pun ud dapat idenya, untuk mengembangkannya. Ya paling, dengan baca novel-novel tersebut, kamu bisa membiasakan diri dengan cara penyampaian penulis-penulis tersebut. Ada banyak yang bisa kamu pelajari dari sana, dari choice of words, plot dan struktur cerita, dsb. Aku perhatiin temen-temenku di MIT banyak yang kecil suka baca novel Harry Potter atau Lord of the Ring, sekarang mereka nulis esai udah bagaikan penulis novel!

Another alternative to that adalah latihan menulis, contohnya blogging. Coba mulai bikin blog sendiri, sambil sering-sering baca blog orang lain. Dari situ kita bisa mengembangkan kemampuan menulis kita serta memperluas kosa-kata kita. Aku untungnya dulu walaupun jarang membaca, sering nonton film Hollywood. Jadi lancar deh Inggrisnya haha.

8.      Kak aku br mau naik kls 11, kira2 di wktu 1 tahun ini aku hrs fokus ngrjain apa aja supaya pny kans lbh gede bwt dilirik MIT

Oke, jadi kamu punya satu tahun buat siapin diri. Here’s what you can do:
a.      Be more involved with your school student council (OSIS) / organization / club.
b.      Be more involved in clubs you’re passionate in.
c.       Kalo bisa, juga ikut-ikut lomba yang kamu tertarik. Ga harus sains, musik atau olahraga juga boleh. Debat atau gambar juga boleh. Pokoknya ikuti yang menurut kamu adalah strongest trait kamu.
d.      Aim to win in these competitions, bukan untuk memamerkan kemampuanmu ya, tapi untuk menunjukkan bahwa kamu sungguh-sungguh menekuni hobi/ilmu tersebut.
e.       Learn English (unless you’re already good at it). Baik kursus atau sekolah. Baik dengan baca buku atau nonton fim. Ini bakal sangat membantu kamu nanti ketika mau ambil TOEFL/SAT atau nulis esai.  
f.        Be more involved in your community. Lingkungan di sini cakupannya bebas: boleh temen, keluarga, RT, RW, kampung, kota, provinsi, dst. Do volunteer or charity work. Make a difference in this community. Even if you don’t, you’ll at least learn from the experience (and gain new friends from it)
g.      Practice for the standard Exams (SAT/subject test) unless you’re already good at it
h.      Get to know your teacher better, and they will know you better too (in time for your recommendation letter, yes. But also just as a human being, cause really, you would've never been the person you are today without them).
i.        Spend some time reflecting on your day; terkadang ide/inspirasi untuk esai itu ada di hal-hal kecil yang kita perbuat.
j.        Last and not least, just enjoy the process! Live for the moments. Masa SMA ga datang dua kali loh. Sekali-kali have fun bareng temen sekolah juga ga apa-apa. Jangan selalu terbebani dengan pikiran “Oh aku harus belajar supaya keterima di perguruan xxx.” You know what they say: you work hard, you play hard!

9.      Kak, culture shocknya apa aja ya dsn?

Aku ga terlalu merasa culture shock sih pas pertama kali di Boston. Mungkin ya karena aku dari awalnya juga bergaul dengan anak-anak Inter, terutama orang Asia, so really, we’re all not that different at all in terms of culture.

Some things that I came to learn along the way:
a.       Di budaya barat (Amerika, Eropa), jika kamu uda mengenal orangnya dekat (walaupun dia bapak-bapak berumur 75 tahun yang kebetulan juga professor kamu), kamu WAJIB manggil dia hanya dengan nama depannya, tanpa embel-embel lainnya. Ketika kamu memanggil orang hanya dengan nama depannya, ini menandakan buat kamu sudah akrab dengan orang tersebut.
b.      Ini bukan ‘culture’ sih, tapi makanan di Amerika ga ada yang enak. Everything tastes bland.
c.       Di Amerika (dan mungkin juga Eropa), ngomong tentang ‘seks’ atau ‘agama’ bukanlah hal yang tabu atau sensitif, ga seperti di Indo. Not that I am saying it’s bad not to talk about them, but I don’t see anything wrong talking about them too. (kecuali ras. kayaknya kalo ras mau di Indo, mau di Amrik, pasti ada yang terasa offended deh kalo ngomongnya ga hati-hati).
d.      Berbicara tentang seks, di sini banyak juga yang seks bebas dan minum alkohol. Jadi agak awkward aj sih ketika kamu main drinking game dengan 6 orang yang sebaya lainnya, dan kamu satu-satunya yang belum pernah mengalami hal tersebut.
e.       Saying ‘Bless you’ every time someone sneezes.
f.        Mau di Eropa atau amrik, kalau naik escalator pas ada fast lane (naik sambil jalan di sebelah kiri) dan slow lane (naik sambil berdiri di sebalah kanan). Kalo di Indo mah selow aj, pada berdiri di dua sisi.
g.       Drinking from tap water.
h.    Flicking your finger if you like/agree on something
i.      That KFC, Burger King, McD and other American fast food joints are actually trash in the US (but thank God for Chick-fil-A)

Those are some of things that I remember for now; there’s probably more little ones, but I guess this is enough for this purpose.

10.   Kak, kalo belajar di MIT gitu jadwalnya bs atur sndiri ato udh disediaiin ya?

Atur sendiri. Kita walaupun ud ada jurusan, masih bisa ambil kelas se-mau kita (termasuk yang di luar jurusan kita). Karena orang-orang minatnya beda, dan beberapa kelas hanya ada pada tahun ajaran/semester/jam tertentu, kebanyakan anak MIT sudah mulai rencanain mau ambil kelas apa aj dari tahun pertama. Often times, this means you can schedule your classes very closely to each other (misal 3 kelas, yang pertama jam 9, kedua jam 10, ketiga jam 11). But this also means that you can have your first class at 9 am, second at 12 pm, and last at 4 pm (which is pretty f’ked up if you ask me)

11.    Kakak dpt financial aid gt ga?

Ya dapet. I’m not that rich, bro. (Your parents have to earn at least $250,000 per year for you not to qualify for one)

12.   Kak, yg esai itu kt bkin di rmh lalu submit ke mereka ato lgs kerjain kyk tes gt?

Bikin di rumah, kumpul online lewat MyMIT.

13.   Anak MIT tuh gmn?

See No.2

14.   Atmosfer belajar di MIT gmn? Anaknya ambis semua atau gmn? Oiya, tips belajar yg benar menurut kakak gmn?

Seru sih menurut aku. Ga tahu deh, mungkin dulu aku ud terbiasa dengan pelatnas, dimana walaupun kita memang sering bantu satu sama lain buat belajar, masih ada ‘kompetisi’ di antara kita, jadi kalau bantu orang pasti kurang tenang hatinya. Tapi disini, orang-orang pada tulus ngebantu kok (terutama karena ga ad kompetisi satu sama lain). Memang semuanya mau pada dapat A (siapa yang gam au coba, apalagi mereka dulunya murid-murid terbaik di SMA masing-masing), tapi orang-orang sini (kebanyakan) lebih peduli, karena pada akhirnya, gimana mau senang coba kalau kamu dapat A tapi temen-temenmu pada gagal semua?

Tiap orang punya gaya belajar yang berbeda, dan cara belajar aku blm tentu cocok untuk semua orang. Tapi untuk aku sendiri, aku selalu mulai dengan bertanya “apa aja sih yang penting dari bab tersebut” dan hanya pelajari hanya hal-hal yang kamu perlukan (apalagi klo mepet waktu). Belajar mandiri cukup 2-3 jam sehari kok, ga perlu sampe 8-10 jam, asal kamu belajarny pinter aja. Lalu kalau capek, setiap 30-45 menit juga boleh istirahat, sambil ngemil atau dengerin music.

Buat selalu catatan/ringkasan (aku tahu orang yang malas buat catatan dan ketimbang pilih lecture note profesor), terutama kalo kamu tipe pelajar visual/kinestetik kayak aku. Kalo bisa, bikin catatan/ringkasan juga pake pen warna-warni dan stabilo, dan garisbawahi konsep/kosakata yang penting. Kalau kamu suka ngegambar/buat diagram, itu juga bakal ngebantu, ga cuman buat ujian tersebut, tapi juga buat di masa depan jika kamu tiba-tiba lupa sama pelajaran yang dulu. Selalu susun jadwal belajar juga, misal ada ujian minggu depan, mulai nyicil 3-5 hari sebelumnya. Dan yang terakhir, jangan lupa doa aja sih. Biar belajarnya juga tenang.

15.   Kalo di MIT  ada organisasi kemahasiswaan macam BEM (badan eksekutif mahasiswa ) ga ka ? trus kalo ada kegiatan atau tugas nya apa ajah ?

Ada dong, banyak malah. Kita dari yang mainstream kayak klub bola ada, klub nari, klub acapella dsb. Ada juga klub hobi anti-mainstream kayak klub pokemon, klub quidditch, klub komedi, dsb. Ada juga yang bersifat kultural, seperti perkumpulan negara (misal Association of Indonesian Student, dsb) atau perkumpulan mahasiswa hispanic. Ada juga organisasi seperti klub MIT College Against Cancer, atau klub calon mahasiswa kedokteran. Banyak deh, ga bisa disebutkan satu persatu (bisa di-google tapi, klo mau tahu lebih lanjut).

Secara umum, tugas di dalam klub dibagi menjadi President (ketua), Vice President (wakil ketua), secretary, treasurer, Social chair (yang tugasnya ngadain event), Publicity Chair (yang tugasnya mempubliskan klub dan kegiatannya), IT/Website (untuk mengelola website klub tsb). Ntar di setiap klub bisa beda-beda lagi tuh pembagiannya, bisa ada yang tugasnya buat fund-raising (yang ntar dipakai buat baksos. Klubnya sendiri bakal dapat funding terpisah dari MIT langsung buat kelansungan klub tersebut, yang fund-nya sesuai dengan jumlah anggota dan kegiatan-kegiatan apa saja yang mereka rencanakan), atau mengelola acara tertentu.

Olimpiade


16.   Kak,saya baru saja naik kelas 10 dan sedang memiliki waktu beberapa bulan untuk belajar sebelum osk. Saya minta saran apakah saya harus menghabiskan/membaca campbell dulu lalu latihan soal atau bagaimana? Tolong masukan cara belajar sebelum osk:)

Hmm untuk OSK ya, cukup baca Campbell aj sih. Malah, mnurut aku, tergantung dari kabupaten/kota kamu juga, buku ESIS atau Erlangga SMA uda cukup kok (aku dulu pas OSK juga cuman pake buku ESIS, tapi memang saingan daerah aku ga ketat. Tapi mungkin jaman sudah berubah kali ya, soal aku OSK trakhir tahun 2012). Latihan soal juga boleh buat simulasi OSK, biar kamu membiasakan diri ngerjain tipe soalnya. Cuman itu doang sih, ga perlu yang aneh-aneh, soal OSK soal konsepnya masih sangat dasar, belum terlalu perlu analisis yang susah. Ntar deh kalau ud mau OSP baru tanya lagi haha.


17.   Kak kan daerah kakak dulu waktu zamannya OSN ngak punya fasilitas kan untuk belajar praktikum , yah mungkin di sekolah kakak misalnya ada mikroskop , mikropipet , dll. Tapi di daerahku ini benar - benar terisolasi, fasilitas ngak lengkap ( di sekolahku aja hanya ada 1 mikroskop & alat bedah :"( ) , gramedia juga ngak ada buat ngakses buku - buku  , dan koneksi jaringan internet sangat buruk . Apa mungkin bagi saya bisa dapat medali meskipun keadaan saya yang sangat memprihatinkan ini ? Kasih saran dan tips dong kak ( maaf kalau curhat)

Hehe gak apa-apa kok curhat, akunya malah senang. But yes, I feel you. Aku juga dulu merasakan hal yang sama pas persiapin OSN SMA. Kita dari provinsi ga pernah dapat pelatihan (walau sekarang sudah mulai ada sih di Kalbar). Sekolah juga ga punya mikropipet dan segala. Mikroskop sih punya, tapi murid juga jarang yang pake. Gramedia di Pontianak juga ga ad buku apa-apa kok. Kalkulator saintifik juga ga tahu cara pakenya (sampai akhirnya malam sebelum tes praktek, ngungsi ke kamar anak Kharisma Bangsa buat minta diajarin cara nyari standar deviasi). Tapi mungkin aku sedikit lebih beruntung sih, pas SMP uda pernah ikut Olim inter jadi sempat ditunjukkin cara pakai beberapa alat tersebut (walau ga pernah dipake), dan dikasih buku Campbell edisi ke-5 buat belajar. So in that sense, I was pretty lucky.

Tapi keberuntungan tuh bukan segalanya. Aku pernah cerita (baca artikel “Tips & Trik OSN part 1” aku deh) bahwa dulu aku ada temen se-kontingen yang nasibnya hampir sama kayak kamu. Mungkin malah dulu lebih parah. Dia satu kabupaten mungkin cuma punya 1 mikroskop, dan itu murid ga ada yang boleh sentuh. Dia buku Campbell hanya punya jilid ke-2, dan sisanya mengandalkan rangkuman TOBI buat teori. Sekarang, walau memang kondisi internet mu buruk, setidaknya uda ada Grup Diskusi OSN Biologi di fb, ada website wilsongomarga.com buat cari soal dan nambah wawasan. Dulu pas dia OSN, mana ada coba soal OSN bisa tinggal di-google. Boro-boro nyari di fb atau blog kak Wilson, inet aja mungkin masih belum masuk ke daerah. Tapi aku salut sih sama temen aku yang satu ini. Walau nasibny jauh lebih ‘buruk’ daripada aku, dia pas OSP berhasil masuk passing grade sementara aku hanya perwakilan daerah. Ya, passing grade, bro! Anak ini, dengan segala keterbatasannya bisa mengalahkan aku, dan banyak anak-anak kota yang pastinya jauh lebih beruntung dari dia. Dan ini dia lakukan semua sambil merawat ayahnya yang sakit serta menjaga adik-adiknya yang masih kecil. Jujur, aku ga habis pikir ketika dia bercerita tentang bagaimana dia harus bangun jam 4 subuh setiap hari buat mengurus ayahnya dan adiknya sebelum sekolah dan tidur jam 12 malam setiap hari buat ngerjain PR sekolah setelah seharian bekerja, dan anak ini masih bisa meraih peringkat di tingkat nasional! This guy is the real MVP, and I truly admired him (and still is) for that.

Sayang sih, pas OSN, ketika dia liat anak-anak Jawa ngutak-ngatik kalkulator saintifik (yang dia sama sekali belum pernah pegang sebelumnya) dan pamer-pamer textbook asing, dia langsung minder dan patah semangat. Soal praktik hampir semua ga dikerjakan, jadi sebelum berperang, dia udah kalah mental duluan.

Tapi itu bukan inti dari cerita ini. Inti dari cerita ini adalah, asal kamu mau berusaha pasti ada jalan. Sekarang, ilmu biologi uda ga se-eksklusif kayak dulu, sekarang di internet gampang dicari segala sesuatu (kalau aku dulu sih, karena belum ada website khusus buat Olim dan ga punya alat sendiri, akhirnya mengandalkan mbah google buat tahu cara pake alat. Aku sering dulu nge-google cara nge-jalanin PCR, sebagai contoh, lalu nonton di youtube tutorialny. Atau ga, cari di google preparat sayatan segar organ-organ tumbuhan, jadi walaupun ga pernah nyayat tumbuhan jenis itu, ada gambaran gimana bentukny). And also, you need to remember that there’s always going to be a first for everything. Ya memang, mungkin dulu belum pernah ada peraih medali emas dari Papua. Dulu juga ga pernah ada kok dari Kalimantan. Tapi, toh sejarah pasti akan berubah. Dan sekarang giliran kamu untuk membuktikkan hal tersebut, so why not live up to that dream, right, hehe?

18.   Kakak belajarnya kaya gimana ya? Pas ngambis banget tuh kaya apa?

See no.14, last paragraph.

Agak kontradiktori sih sama pernyataan sebelumnya, tapi aku dulu pas ambis belajar 4-6 jam setiap hari (di luar waktu sekolah) buat persiapan Olim/pelatnas. Alasanya karena aku tahu aku butuh ngeluarin usaha yang lebih besar daripada pesaing-pesaingku yang sudah curi “start” duluan, untuk bisa mengalahkan mereka. Kalau aku cuman belajar 1-2 jam, ga bakal bisa ngejar ketinggalan dari segi resources yang ada. Also, I am actually not that smart, IQ-ku agak jongkok haha.

19.   Kak mau tanya kalo osn bio sma itu buku buat referensi apa aja ya? 

See my ‘Tips and Trik OSN part 2”

Other


20.  Kakak valen kenapa bisa sangat dewa sekali?

Yo opo karepmu, SamGod.

21.   Ka valen kenapa merasa frustasi kalo nulis di blog pake bahasa indonesia ? Kan kaka orang indo

Karena ini sih, aku dulu pas SMP SMA kayaknya ga pernah megang buku Bahasa Indo buat baca/belajar. Textbook bio-ku dulu hampir semua Bahasa Inggris (kecuali terjemahan Campbell edisi ke-5 mungkin, akhirny juga diganti soal edisiny ketinggalan jaman). Aku film hampir slalu nonton film Amrik (bukan karena gengsi y, tapi karena emang konten film Indo jaman aku ya yang rame di bioskop pada ga mutu: kalau ga ‘pocong vs kuntilanak,’ ya film soft porn Indo yang disamarin jadi film horor. Satu-satunya novel Indo yang pernah kubaca (dan sangat kusuka) cuman Laskar Pelangi, tapi itupun dulu pas jaman kelas 7 SMP. So really, aku hampir ga pernah pegang literatur Indo, dan itu sebabnya aku kurang nyaman menulis dalam Bahasa Indo, simply because I can’t really Indo well (at least for writing anyway). Aku kurang bisa menggunakan idiom-idiom (phrase) dalam bahasa Indonesia, and that is why it can’t get frustrating at time when I can’t express myself properly in Indo, when in fact I can achieve it quite well in English (also, there are in fact some phrases in English, in which if you translate it literally to Indo, have a very meaning to it) .

Eh, jangan salah sangka dulu ya tapi. Ini bukan berarti aku jago banget Bahasa Inggris. Aku masih lebih jago ngomong Bahasa Indo ketimbang Inggris, masih berpikir (hitungan, kosa-kata saintifik, mostly) dalam Bahasa Indo ketimbang Inggris. Kenapa? Karena bahasa perantara sehari-hari dan di sekolah masih tetap dalam Bahasa Indo, and it will always be my mother tongue language.

Inti cerita ini adalah, yes I am Indonesian, but I don’t see why I can’t use other languages (kalo bisa pake bahasa isyarat di blog, pun bakal kupake) to express myself better. Still, aku akan tetap berusaha untuk membiasakan diri nulis bahasa Indo, cause I do have a lot of catching up to do.




Comments

Post a Comment