IBO 2017: The Comparison

Language: English and Bahasa Indonesia

Disclaimer: Sorry if this is so poorly written. I was (as always) lazy to have this (or anything) posted, but someone asked me to do it and as one of my most attentive reader, I decided to comply. I hope you enjoy!

Setelah 3 tahun vakum di dunia per-olimpiade-an (<= kata ini kayaknya bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar), saya kembali terjun di dunia Olimpiade Sains SMA lewat IBO 2017. IBO, atau International Biology Olympiad, merupakan kompetisi biologi terbesar di dunia untuk anak-anak SMA, yang tahun ini diikuti oleh 68 negara peserta dan 4 negara observer (walau nantinya angka itu turun menjadi 64 karena beberapa negara, seperti Iraq dan Syria, gagal mendapatkan visa UK yang memang sangat ketat prosesnya).

Tahun ini, IBO diadakan di Coventry, UK (Inggris), negara yang memiliki sejarah yang panjang dalam ilmu biologi dan kedokteran, sehingga tidak aneh jika IBO yang satu kali ini sangat ditunggu-tunggu oleh berbagai negara peserta. Dan sebelum anda mulai bertanya-tanya mengapa saya bisa mengikuti IBO di Inggris (yang pastinya saya bukan peserta), saya ingin mengucapkan selamat yang sebesar-besarnya kepada Tim Olimpiade Biologi Indonesia (TOBI), yang terdiri oleh Agnes Natasya, Syailendra Karuna Sugito, Muhammad Ikhsan dan Salsabiilaa Roihanah,  atas raihan 1 emas, 2 perak dan 1 perunggu (perlu disebut bahwa Indonesia hampir mendapatkan 2 emas di ajang ini karena Kak Lendra ini mendapatkan perak peringkat 1, selisih tipis dengan emas terakhir. Tetap sabar ya kak, hehe). Hasil resmi IBO 2017 dapat dibuka disini. 


Well done keeping our 5-year gold streak alive (2013-2017)! 

Oke, kembali ke cerita utama, alasan mengapa aku bisa hadir di IBO yang satu ini bukan karena aku menjadi juri Indonesia (mau sih, tapi ada batas minimal umur yaitu 21 tahun, sehingga aku ga bisa ngikut sampai tahun depan), tapi melainkan karena aku menjadi Liason Officer (LO), atau team guide bagi negara peserta. Kebetulan, aku memang sedang berada di UK (mengikuti program akademik lainnya), sehingga aku pikir, mengapa tidak mengikuti ajang tsb, walau hanya sebagai volunteer.

Di ajang ini, saya ditugaskan untuk meng-guide tim Indonesia dan USA (2 negara) (and BTW, congrats to team US as well for placing 1st in the world with 4 golds: Alexander Tsao, Edward Lee, Thomas Xiong and Catherine Wang. You guys are AWE-SOME (in Thomas' tone)). Ini berbeda dengan IBO yang dulu dimana satu guide masing-masing hanya ditugaskan satu negara (mungkin karena UK keterbatasan duit untuk menyelenggarakan kompetisi tingkat dunia ini. Itu juga mungkin sebabnya IBO tidak diselenggarakan di kota-kota besar/ternama seperti London, Cambridge atau Oxford). Mengapa kedua negara tsb? Simpel sih alasannya. Karena 1.) aku orang Indonesia 2.) aku kuliah di Amerika (satu-satunya guide yang kuliahnya di luar UK). 

"Kak, capek ga ngurusin dua negara?" 

Ya capek dong. Apalagi jika kedua negara tsb maunya berbeda (contoh yang gampang aja nih. Misalkan kalau pas excursion, yang satu mau jalan ke A, yang satu mau jalan ke B. Kan ga mungkin aku bisa membelah diri. Jadi ya capek aja kalau harus ngikut ke satu negara sambil pastiin negara yang lain ga hilang).

But, did I complain for the extra assignments? 

Nope. I was thrilled, actually. Cause I get to interact to both countries I would call home.  

Anyway, kalau mau jujur, sebagai guide, aku merasa komunikasi antara panitia penyelenggara dan kita-kita sebelum IBO sangatlah minim. Kita baru dihubungi mengenai tugas/kewajiban kita 2 minggu sebelum IBO, dan itupun hanya hal-hal yang umum. Jadi sulit membayangkan seperti apa penyelenggaran IBO yang satu ini. Aku bahkan sempat berpikir bahwa IBO kali ini bakal agak sedikit berantakan karena kurangnya persiapan.

Eh, ternyata tidak. IBO ini terbilang cukup sukses deh, walaupun ga se-seru/megah IBO di Bali (IBO yang aku ikuti dulu). In fact, dalam beberapa aspek, IBO ini boleh dibilang salah satu IBO terbaik dari segi ujian dan penyelenggaraan. Oleh karena itu, aku ingin mencoba menarik beberapa perbandingan antara IBO UK 2017 dan IBO Indonesia 2014 (+ beberapa contoh dari IBO 2015 dan 2016), dan mudah-mudahan ini secara tidak langsung juga bisa memberikan anda gambaran seperti apa sih IBO itu.

1. Acara pembukaan

Nah, IBO kali ini agak berbeda. Biasanya acara pembukaan itu diadakan sehari setelah kedatangan semua negara tamu, tetapi IBO UK ini mengadakan acara pembukaan di malam kedatangan negara-negara tamu. Apa alasanya? Jadi, menurut survei yang mereka adakan di IBO sebelumnya, banyak murid-murid protes karena HP (Gadget) harus dikumpulkan pada saat kedatangan, dan oleh karena itu mereka tidak dapat mengakses sosmed di acara pembukaan (which I guess is important cause who can live without taking snaps on such important occasion, right?). Oleh sebab itu, malam pembukaan tersebut dimajukan sehari sebelum pengumupulan gadget supaya anak-anak tersebut dapat pada 'alay-alay' dulu di sosmed (#ibo2017). 

Konsekuensinya? Banyak negara telat datang untuk acara malam pembukaan (karena pesawat mereka  baru mendarat malam itu juga). Oleh karena itu, banyak negara (>10 negara) tidak hadir untuk pembukaan (termasuk Indonesia). Jadi agak sedih deh :(

2. Tes Teori 

UK boleh berbangga! Untuk pertama kalinya dalam sejarah, semua soal yang diajukan panitia penyelenggara diterima oleh mayoritas juri-juri internasional. So, bagi anda yang kurang familiar dengan sistem Olimpiade internasional, sehari sebelum ujian dilaksanakan, soal-soal ujian tsb akan dipampangkan terhadap juri-juri yang hadir dari berbagai negara dan akan diuji 'kelayakannya'. Jika soal tersebut dianggap terlalu susah / ambigu, maka soal itu bisa dihapus dari lembar ujian yang besoknya diberikan ke peserta. Nah, untuk pertama kalinya, soal-soal di IBO UK diterima semua: tidak ada soal yang dicoret (Contoh di IBO Bali ada 4 soal yang dihapus, IBO Denmark juga demikian). Tentunya, ini menunjukkan kualitas soal yang dimiliki UK, bukan?

Hmmm. Ga juga sih... Alasan mengapa soalnya tidak ada yang dihapus bukan karena soalnya bagus banget, tapi karena soalnya simpel banget. Dalam artian, soal-soal tersebut sangatlah straightforward, tidak banyak embel-embel ga jelas dan membingungkan. Soal-soal tersebut juga sangat mengandalkan logika, dan karena itu tidak perlu hafalan yang begitu banyak. Karena itu juga, soal-soal tersebut menjadi sangat begitu gampang, mungkin soal teori tergampang dalam 10 tahun terakhir. Jujur ketika aku melihat soalnya, aku sendiri yang uda tidak pegang Campbell selama 4 tahun masih bisa mengerjakan soal hewan, tumbuhan dan sistematikanya. Hanya perlu logika! Itu juga sebabnya mengapa untuk teori A, ada beberapa orang yang nilainya hampir perfect (salah satunya anak Amrik yang kupegang). 

Selain itu, mungkin sedikit ingin memamerkan diri, soal-soal teori tsb entah kenapa banyak mengandung nama-nama ilmuwan hingga olahragawan terkenal asal Inggris (beserta tanggal lahir serta deskripsi mereka). Ketika aku baca ini, jujur aku sempat tertawa karena hal-hal tersebut merupakan hal yang sangat irelevan thdp soal. But why not? Setidaknya ini bisa mengurangi ketegangan peserta yang sedang mengerjakan soal.

3. Tes Eksperimen


Brits are human too

Tidak terlalu ingin membahas detail soal, soal praktek IBO kali ini memiliki format yang sangat tidak lazim seperti IBO pada umumnya. Instead of having 4 different topics for practicals as usual, IBO in UK only had 3: Animal Developmental Physiology, Botany and Biochemistry. Alasan mengapa diubah adalah karena IBO Vietnam 2016, dimana pada praktek Biokim nya, tidak ada satu pun peserta yang berhasil menyelesaikan soal tersebut karena terlalu panjang. Oleh karena itu, di IBO UK ini, mereka memutuskan untuk mengurangi jumlah topik yang diujikan, sehingga dapat durasi masing-masing ujian menjadi lebih panjang (dari 1.5 jam menjadi 2 jam). Ini juga berarti mereka dapat megujikan hal-hal yang lebih mendalam untuk masing-masing topik.

4. Teknis Penyelenggaraan

Bisa dibilang, beberapa IBO terakhir (terutama IBO Indonesia dan Denmark) cukup buruk dalam teknis penyelenggaraan (cth. ketepatan waktu: IBO Indonesia beberapa kali ujiannya diundur, sedangkan di IBO Denmark, acara pengumuman medali diundur dari siang menjadi malam). IBO kali ini bisa dibilang cukup sukses dalam aspek ini, hampir semuanya on time sesuai rencana.

5. Ekskursi



Salah satu tujuan ekskursi IBO 2017 adalah Warwick Castle, dimana kita dapat menonton pertunjukan 'jousting'.

Nah, ini mungkin kelemahan terbesar IBO satu ini. Karena diadakan di Coventry dan bukan di kota-kota besar, ekskursi peserta hanya sebatas di kota tersebut, which is kinda a letdown if you ask me. Ketika orang-orang menyebut Inggris, pasti kebayang kota-kota seperti London dan Manchester yang begitu banyak atraksi turisnya. Coventry sendiri bukanlah kota turis yang besar (malah Coventry itu sebenarny tidak dikenal untuk hal yang baik, tapi melainkan sebagai kota yang di-bom habis oleh tentara Jerman pas perang dunia ke-2). Ini dibandingkan IBO Bali yang dibawa ke pantai (which is very iconic to Bali) dan Pura Uluwatu, atau IBO Denmark yang dibawa ke Lego Land, kalah jauh deh!   

6. Cultural Night

Ini juga agak menyedihkan sih, karena ini salah satu acara yang ditunggu-tunggu. Cultural night, pada Olimpiade Internasional, adalah malam dimana anak-anak boleh mempertunjukkan budaya negara mereka masing-masing, lewat lagu, tarian, komedi, bebas deh. Dan biasanya, ini juga menjadi malam keakraban bagi peserta. IBO yang satu ini, however, mengubah Cultural Night menjadi British Night, dimana kita peserta hanya disuruh duduk menonton band-band Inggris memainkan lagu. Oke sih, cuman ya hilang dong aspek penting dari Cultural night itu sendiri.   

7. Acara penutupan

Mencuri ide IBO Denmark (yang mereka tidak sengaja lakukan), IBO kali ini ingin menggabungkan acara penutupan dengan makan malam yang biasanya selalu dipisah. Sehingga pada malam tersebut, kita melakukan fine dining yang dibarengi pengalungan medali. Jujur kurang setuju sih dengan ide itu. Karena sistemnya fine dining, kita dilarang meninggalkan kursi kita hingga seluruh makanan sudah disajikan. Sedihnya, ini juga berarti kita tidak dapat bertemu / mengucapkan selamat kepada peserta-peserta yang namanya dipanggil ke depan (guide duduk terpisah dari rombongan peserta). 

8. Bentuk Medali


Kiri: Medali IBO UK 2017 (Credit to RSB); Kanan: Medali IBO Indonesia 2014

IBO yang satu ini mengikuti jejak beberapa  IBO pendahulunya. Dimulai dari IBO Swiss, dimana medali bukan lagi berbentuk bulat melainkan mengikuti logo IBO Swiss. Dilanjutkan oleh IBO Indonesia dimana medali berbentuk belah ketupat, IBO UK kali ini juga melakukan hal yang sama: medali kotak dengan kalung bendera Inggris. Cukup oke sih desain dan warnanya (ga seperti IBO Denmark yang agak kusam warnanya), so not much complaining there.

9. Tema IBO

Seperti pada umumnya, tuan rumah setiap pasti ingin menunjukkan budaya negara mereka masing-masing. UK kali ini juga cukup obsesif untuk menjadikan IBO ini bener-bener British. Beberapa hal yang mereka lakukan:


  •  Cuaca
Ini mereka ga perlu ngapa-ngapain juga terasa banget kok cuaca Inggris yang tidak menentu. Bagaimana tidak? Pagi bisa hujan, siangnya panas terik, malamnya hujan lagi. Begitu juga sebaliknya. Sehingga tidak bisa meninggalkan gedung, walaupun hanya untuk beberapa menit saja, tanpa payung, karena memang sangat sulit ditebak cuacanya.


  • Sports day
Ketika peserta lain sedang bersenang-senang mengikuti acara Sports Day, Tim USA dan Tim Indonesia malah sibuk belajar
untuk persiapan tes praktikum :(. Tapi gpp deh, yang penting emas! 

Sebagai ice-breaker, kita punya Sports day, atau lomba-lomba yang sering diadakan untuk anak SD di Inggris seperti balap karung, lomba lari bawa kelereng dengan sendok, three-legged race, dsb. Mirip acara 17 tahunan lah, tanpa lomba makan kerupuk.



  • Packed lunch
I'm not even sure why this is a thing, but apparently it is part of the culture? (atau mungkin mereka malas masak kali). Jadi setiap hari anak-anak disuguhkan sandwich paketan untuk makan siang. Tim Indo pastinya (setelah hari ke-2) bosan makan roti terus, ga pernah ada nasi.

  •  Pilihan lagu
Skali lagi ingin memamerkan budaya Inggris, mereka panitia hanya memutarkan lagu asal Inggris pas acara pembukaan dan penutupan. This means you get to hear a lot of Queens (and the classic, We are the Champions) and the Beatles. This also means you also get to hear One Direction (no offense, but I rather listen to something else?)

10. Guide


Team guides, center stage

Walau cukup British, IBO ini juga cukup internasional. Hal ini sangatlah jarang, dimana dari ~40 volunteer yang ikut membantu acara tsb, ~22 merupakan mantan peserta IBO, dari 2007-2016. Jadi kita pada cukup familiar dengan tata cara penyelenggaran IBO, dan tahu apa saja yang penting dipersiapkan untuk lomba ini (banyak sekali feedback dari kita untuk pantia penyelenggara sebelum acara dimulai). Selain itu, karena Inggris sendiri adalah pusat pendidikan dunia, kebanyakan ~60% dari kita merupakan murid-murid asing (Non UK citizen). Oleh karena itu, banyak sekali dari kita yang menguasai bahasa dari negara-negara yang ditugaskan kepada kita. 


Sekian tanggapan aku untuk IBO kali ini. Cerita pengalaman ada banyak sih yang seru, seperti lomba instant noodle antara Indonesia vs Taiwan, drama anak US yang sangat bikin stres (untung pada medali emas semua hehe), cerita kita diam-diam kabur dari Coventry ke Birmingham (kota besar terdekat dari Coventry), cerita anak-anak yang pingin nembak cewek tapi gagal terus (biasalah anak remaja, hormonnya masih meluap-luap), banyak hehe. But that's for another time (or maybe never, I'm lazy and tired. Tapi jika kamu tertarik, silahkan berkomentar di bawah, dan aku berusaha coba menjawab (?)). All in all, IBO was as fun as expected. It was (freaking) tiring, yes. But I met so many new friends this past week and had quite a few good laughs too. And though I didn't bring home a medal this time around, I definitely I came home as a winner. That's what is most important, right? Hehe



JK, I got 4 gold medals! Fk y'all and good riddance ;)





Comments